TIDORE-CT.com, Firdaus, Sekertaris Camat (Sekcam) Oba, Tidore Kepulauan (Tikep), yang dituding melakukan pengancaman terhadap seorang Mahasiswi PPL bernama Julyana akhirnya angkat bicara

Kepada media ini, Rabu, (6/11) Firdaus menyatakan, bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Kata dia, kejadian sebenarnya ialah dirinya hanya menginginkan agar Julyana (Mahasiswi) ini segera dipulangkan karena Ia diketahui telah melakukan tindakan yang justru telah menyudutkan anaknya

“Yang jelas saya tidak melakukan pengancaman, akan tetapi saya hanya memerintah agar yang bersangkutan ini segera pulang, atau tidak usah ke sekolah” Kata Firdaus saat dikonfirmasi catatantimur.com via Whatsapp

“Karena setelah dari kejadian itu, anak saya tidak mau selokah lagi. Bahkan Julyana tidak datang minta maaf atau mengecek keadaan anak saya” Sambungnya

Lebih lanjut, Firdaus menceritakan, bahwa anaknya baru saja mengalami musibah sejak Ia masih Sekolah Dasar (SD)

“Jadi dulu anak saya ini pernah jatuh hingga tulang tangan kanannya patah dan semua urat jarinya putus sehingga dia berpakaian seperti itu” Ujar Firdaus menceritakan

Dia bilang, kalau memang si Julyana sebagai calon guru ingin mengetahui keadaan tangan anaknya, harusnya dilakukan secara tertutup agar tidak terkesan menyudutkan anaknya atau membuat anaknya merasa malu

“Kan bisa dipanggil ke kantor atau ajak bacarita (berbicara) dengan anak saya, jangan di tempat ramai dong” Katanya

“Tapi yang terjadi justru di dalam kelas, dimana dia (Julyana) menanyakan hal tersebut setelah dia mengaakhiri pembelajaran di kelas. Jadi si Julyana ini langsung memanggil anak saya dan tanya ‘kenapa tangannya seperti itu’ dan boleh dilihat atau tidak tentu saja anak saya merasa malu kemudian menangis sampai tidak mau berhenti sampai semua guru panik lalu bawa anak saya ke kantor untuk membujuknya” Tambahnya

Bahkan, kata dia, anaknya menangis hingga pulang ke rumah

“Bagaimana bisa seorang calon guru mengakhiri pembelajaran dengan membuat siswa sampai menangis bukan karna hanya tersinggung tapi malu dengan semua teman-teman di kelas” Sesalnya

Harusnya, kata Dia, sebagai seorang calon guru, Dia menjadi pengganti orang tua di sekolah bukan malah membuat siswa atau anak-anak merasa malu dan pada akhirnya menimbulkan trauma anak dan masa depannya karena prilaku tersebut sudah masuk dalam kategori bulying

“Sebagai seorang guru harusnya dapat melindungi dan meperkuat rasa percaya diri siswa, harus dapat menjaga psikolgi siswa sehingga dia tidak trauma” Tukasnya

Sebelumnya, Seorang Mahasiswi bernama Julyana mengaku menjadi korban pengancaman dari Oknum pejabat

Kata Julyana, Ia hanya menanyangkan kondisi fisik siswanya dengan narasi ‘kenapa tangannya disimpan, ada apa’?

Pertanyaan tersebut sontak membuat anaknya merasa malu kemudian menangis. Atas kejadian tersebut Sekcam selaku bapak dari siswa itu langsung mendatangi dirinya di sekolah tempat pelaksanaan PPL dan di rumah yang dirinya tempati dan melakukan pengancaman

***